Harap-harap Cemas Mengawal Keputusan Ijtima Ulama
Wednesday, August 8, 2018
Add Comment
Sudah 10 hari sejak forum ijtima' yang digagas oleh Gerakan
Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama menelurkan rekomendasi capres dan cawapres
pilihan umat, atau 2 hari jelang pentupan pendaftaran Capres-Cawapres, tetapi
sampai sekarang belum ada keputusan yang pasti apakah hasil musyawarah itu
diakomodasi partai-partai koalisi penantang petahana.
Tak ada jaminan akan diterima. Sejak awal, Prabowo sudah
mengeluarkan pernyataan bahwa hasil ijtima itu hanya saran. Bukan dipandang
sebagai amanah umat yang mesti dijaga. Meski, pihak yang pro pada keputusan itu
harus tahu diri juga, bahwa tidak semua ulama atau komponen umat Islam hadir di
Hotel Menara Peninsula kemarin.
Baca: Nasehat Keras Umat Islam Untuk Pak Prabowo
Baca: Nasehat Keras Umat Islam Untuk Pak Prabowo
Mereka yang berkumpul sejak Jumat (27/7/2018) hingga ahad
(29/7/2018) lalu adalah para ulama dan dai yang sudah terlihat nyata
keberpihakannya pada umat Islam. Ketika mereka menggelar aksi yang bertajuk 212
yang dihadiri ratusan ribu massa di Monas dan sekitarnya, serta aksi sebelum
dan sesudahnya.
Mereka bukan politisi yang punya ambisi pribadi. Tetapi
ulama dan da'i yang berjuang di ranah kultural dalam membina umat. Yang mereka
inginkan adalah melihat negara ini dipimpin oleh sosok yang paham agama. Agar
ada yang membenahi krisis akhlak di tengah masyarakat - yang kronis terjangkit
narkoba hingga korupsi - serta memperjuangkan aspirasi umat Islam. Karena itu
lah ada dua ulama yang direkomendasikan mereka: Habib Salim Segaf Aljufri serta
Ustadz Abdul Somad.
Menurut saya, sejatinya bukan Prabowo yang menjadi fokus
harapan ulama. Tetapi dua nama cawapres yang diajukan. Prabowo, seperti yang
pernah ia akui kepada media (
https://pemilu.tempo.co/read/589149/prabowo-saya-tak-taat-menjalankan-ritual-agama
) bukanlah muslim yang taat. Hanya saja ia adalah simpul para oposan. Ia
memiliki sumber daya berupa mesin partai serta pendukungnya dan menjadi ikon
sebagai kekuatan yang mengimbangi petahana.
Sehingga bisa diartikan bahwa rekomendasi tersebut adalah
"titipan" kepada Prabowo agar Indonesia dipimpin orang yang mengerti
syariat. Agar kekuatan nasionalis bisa bergandengan dengan kekuatan Islamis
dalam membangun negara ke depan. Kini bolanya ada di Prabowo, apakah
mengakomodasi atau tidak.
Bila akhirnya Prabowo menggandeng satu dari dua nama itu,
alhamdulillah. Saya sangat yakin umat Islam akan all out di pilpres kali ini.
Tetapi bila tidak?
Jelas Prabowo akan menuai rasa kecewa umat Islam yang hampir
lima tahun belakangan menaruh harap kepadanya, diwakili oleh PKS sebagai
kekuatan politik Islam yang tetap setia dalam satu koalisi oposisi menghadapi
rezim. Akan menjadi antiklimaks kalau di gerbang perubahan Prabowo malah
berbeda sikap meninggalkan pihak yang selama ini setia kepadanya. Di luar
analisa apakah mereka akan mengubah pilihan di bilik suara atau tidak.
Kekuatan Islam akan memetik pelajaran bahwa mereka harus
mandiri dalam percaturan politik. Mereka harus membangun kekuatan politik Islam
yang lebih kuat ke depan. Tak perlu bergantung pada sebuah pecahan kekuatan
nasionalis.
Karena ketika seseorang terjun ke dunia politik tanpa niat
lillahita'ala, sudah barang tentu niatnya adalah kepentingan pribadi. Untuk
mengakomodasi aspirasi umat, harus ada hitung-hitungannya dulu. Sebaliknya,
aktivis dakwah yang lillahita'ala dan bisa menjaga diri, bila terjun ke dunia
politik, niscaya ia akan bersikap nasionalis dan tulus membangun bangsanya.
Saat ini kesadaran berislam sedang bangkit. Lalu dikatalisis
oleh momentum 212. Bila UAS tidak dipilih menjadi cawapres, semoga ia terus
menyerukan semangat mewarnai politik dengan akhlak dan aspirasi Islam seperti
yang sudah-sudah dalam ceramahnya. Juga ulama-ulama GNPF dan yang sepandangan,
teruslah edukasi umat Islam untuk tidak buta politik! Dan partai Islam
khususnya PKS, teruslah menjaga diri agar bisa dipercaya menjadi tumpuan umat!
Mudah-mudahan, 5 tahun lagi ada capres/cawapres yang diridhoi dan menjadi
harapan kalangan islamis.
Zico Alviandri
0 Response to "Harap-harap Cemas Mengawal Keputusan Ijtima Ulama"
Post a Comment