Kapan Waktu dan Di Mana Tempat Paling Berkualitas yang Digunakan Penulis Hebat untuk Menulis?
Saturday, August 11, 2018
Add Comment
Cepologis.com -
Imam syafii hampir tak pernah merasakan tidur dengan menempelkan punggungnya. Mengapa?
Sebab malam-malamnya digunakan untuk menulis. Saat beliau merasakan kantuk luar
biasa beliau akan tertidur di atas meja dengan tumpukan karya dan buku-buku. Begitu
Sang Imam terbangun ia kembali menyambung tulisannya.
Ibnu Rusyd pengarang kitab Bidayatu al-Mujtahid – dalam
sejarah – tidak pernah meninggalkan malam-malamnya, kecuali membaca buku.
Beliau selalu begitu, kecuali dua malam saja. Pertama, waktu ayahnya wafat.
Kedua, waktu malam pemantin.
Sebagian karya-karya besar penulis ternama bahkan ditulis disaat
paling mengenaskan di balik lembabnya sel tahanan dan di bawah tekanan para
sipir. Sebut saja misalnya Sayyid Qutb,
Buya Hamka dan Pramoedya Ananta Toer.
Dari seklumit informasi di atas, jelaslah bahwa waktu dan
tempat yang berkualitas tidak selalu berbanding lurus dengan hasil karya tulis yang
berkualitas.
Memang sih ada waktu dimana kita bisa lebih fokus untuk
menulis. Misalnya saja pada pertengahan malam dan setelah shalat subuh. Di waktu-waktu
tersebut kita sedang dalam kondisi
rileks dan terbebas dari beban pikiran. Lalu jika berbicara tempat yang paling
tepat untuk menulis adalah di kesunyian dan di tempat-tempat nyaman, romantis dan
menawan. Misalnya di taman, di puncak, di pinggir laut atau di apartemen.
Tapi apakah benar diwaktu dan tempat-tempat tersebut kita
bisa dengan mudah melahirkan tulisan-tulisan yang terus mengalir. Enggak juga
kan. Kalau mood dan suasana hati
sedang tidak pas pasti tulisan hanya akan
jadi angan-angan. Itulah yang disebut dengan writer’s blok atau gagal menulis.
Sebabnya beragam. Kalau kita
minta untuk uraikan alasan, akan ada seribu plus satu alasan pembenaran, yang
jika ditelusuri muaranya tidak lain hanyalah rasa malas dan kurang motivasi.
Lalu jika kita sibuk dengan mencocokkan kapan waktu, tempat
dan mood bisa menyatu, sampai kiamat
kurang dua hari kamu tidak juga menghasilkan karya tulis. Percayalah!
Motivasi dirilah yang paling menentukan apakah kita akan
terus berkarya. Bukan waktu, bukan tempat dan apalagi moody.
Bila kita telah mampu memaksa diri untuk terus menulis disegala
kondisi. Itu baik sekali.
Karya yang berkualitas tidak selalu dilahirkan dari waktu
yang lapang dan tempat yang romantis.
Tapi bagaimana kesigapan dalam menangkap ide yang
berseliweran yang kadang muncul saat berkendara, saat berliburan, di padatnya
jadwal kerja, atau sedang makan mie ayam.
Saya sendiri mendapatkan ide kadang-kadang – maaf – saat sedang
buang hajat. Hehe. Yang penting segera ikat belingsatan ide itu dengan cara
menuliskannya di notes atau di catatan HP-mu. Atau kalau kamu malas, bisa gunakan
saja fitur rekam suaramu. Setelah memiliki waktu mulailah untuk menulis dan
mengembangkan ide-ide itu menjadi tulisan yang runut dan rapi di layar
monitormu.
Baik sahabat, sampai disini kita mesti buat komitmen diri. Apapun
yang terjadi kita akan terus menulis. Sampai mati dan sampai dunia hilang
rupanya.
Bersediakah sahabat terus menulis? Menulis di waktu-waktu
yang terbaik atau di waktu paling sulit sekalipun. Menulis di tempat-tempat
yang nyaman atau di sudut pengap dan lembabnya penjara. Menulis dikala hati
lapang maupun disaat penuh tekanan dan emosial yang memuncak.
Salam super pegel!
0 Response to "Kapan Waktu dan Di Mana Tempat Paling Berkualitas yang Digunakan Penulis Hebat untuk Menulis?"
Post a Comment