Kapan Waktu dan Di Mana Tempat Paling Berkualitas yang Digunakan Penulis Hebat untuk Menulis?


Cepologis.com - Imam syafii hampir tak pernah merasakan tidur dengan menempelkan punggungnya. Mengapa? Sebab malam-malamnya digunakan untuk menulis. Saat beliau merasakan kantuk luar biasa beliau akan tertidur di atas meja dengan tumpukan karya dan buku-buku. Begitu Sang Imam terbangun ia kembali menyambung tulisannya.

Ibnu Rusyd pengarang kitab Bidayatu al-Mujtahid – dalam sejarah – tidak pernah meninggalkan malam-malamnya, kecuali membaca buku. Beliau selalu begitu, kecuali dua malam saja. Pertama, waktu ayahnya wafat. Kedua, waktu malam pemantin.

Sebagian karya-karya besar penulis ternama bahkan ditulis disaat paling mengenaskan di balik lembabnya sel tahanan dan di bawah tekanan para sipir. Sebut saja  misalnya Sayyid Qutb, Buya Hamka dan Pramoedya Ananta Toer.

Dari seklumit informasi di atas, jelaslah bahwa waktu dan tempat yang berkualitas tidak selalu berbanding lurus dengan hasil karya tulis yang berkualitas.

Memang sih ada waktu dimana kita bisa lebih fokus untuk menulis. Misalnya saja pada pertengahan malam dan setelah shalat subuh. Di waktu-waktu tersebut  kita sedang dalam kondisi rileks dan terbebas dari beban pikiran. Lalu jika berbicara tempat yang paling tepat untuk menulis adalah di kesunyian dan di tempat-tempat nyaman, romantis dan menawan. Misalnya di taman, di puncak, di pinggir laut atau di apartemen.


Tapi apakah benar diwaktu dan tempat-tempat tersebut kita bisa dengan mudah melahirkan tulisan-tulisan yang terus mengalir. Enggak juga kan. Kalau mood dan suasana hati sedang tidak pas  pasti tulisan hanya akan jadi angan-angan. Itulah yang disebut dengan writer’s blok atau gagal menulis. 

Sebabnya beragam. Kalau kita minta untuk uraikan alasan, akan ada seribu plus satu alasan pembenaran, yang jika ditelusuri muaranya tidak lain hanyalah  rasa malas dan kurang motivasi. 


Lalu jika kita sibuk dengan mencocokkan kapan waktu, tempat dan mood bisa menyatu, sampai kiamat kurang dua hari kamu tidak juga menghasilkan karya tulis. Percayalah!
Motivasi dirilah yang paling menentukan apakah kita akan terus berkarya. Bukan waktu, bukan tempat dan apalagi moody.

Bila kita telah mampu memaksa diri untuk terus menulis disegala kondisi. Itu baik sekali.
Karya yang berkualitas tidak selalu dilahirkan dari waktu yang lapang dan tempat yang romantis.


Tapi bagaimana kesigapan dalam menangkap ide yang berseliweran yang kadang muncul saat berkendara, saat berliburan, di padatnya jadwal kerja, atau sedang makan mie ayam.

Saya sendiri mendapatkan ide kadang-kadang – maaf – saat sedang buang hajat. Hehe. Yang penting segera ikat belingsatan ide itu dengan cara menuliskannya di notes atau di catatan HP-mu. Atau kalau kamu malas, bisa gunakan saja fitur rekam suaramu. Setelah memiliki waktu mulailah untuk menulis dan mengembangkan ide-ide itu menjadi tulisan yang runut dan rapi di layar monitormu.

Baik sahabat, sampai disini kita mesti buat komitmen diri. Apapun yang terjadi kita akan terus menulis. Sampai mati dan sampai dunia hilang rupanya.

Bersediakah sahabat terus menulis? Menulis di waktu-waktu yang terbaik atau di waktu paling sulit sekalipun. Menulis di tempat-tempat yang nyaman atau di sudut pengap dan lembabnya penjara. Menulis dikala hati lapang maupun disaat penuh tekanan dan emosial yang memuncak.

Salam super pegel!






0 Response to "Kapan Waktu dan Di Mana Tempat Paling Berkualitas yang Digunakan Penulis Hebat untuk Menulis?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel