Cawalkot Subulussalam, Mau Apa Sih?
Sunday, January 14, 2018
Add Comment
Cepologis.com - Catatan ringan ini sekedar analisis pribadi, sebagai warga yang berlumuran keringat dan lama menghisap debu pilu dari tanah Kota Subulussalam.
Sebagai rakyat, nyata-nyatanya kebahagiaan adalah saat tercukupinya
sandang, pangan, papan, dan selebihnya (jika berkesempatan) diakhir pekan bisa menyalurkan
bakat, hobi, kreatifitas dan berekreasi ke tempat wisata terdekat sekedar
melepas penat.
Maka bila masih ramai terdengar jerit tangis jasad-jasad
luka di lorong yang tak terjamah tangan mulia Pak Wali, saya katakan pekerjaan
anda dan tim anda NOL BESAR.
Hajatan akbar tahun ini terkait pemilihan walikota dan wakil
walikota tentu sudah tersiar di telinga segenap masyarakat Kota Subulussalam. Dan
tentunya para calon sudah mulai menancapkan bius-biusnya. Menjual kelebihan dan kekuatan masih
masih-masing.
Seperti pemilihan sebelum-sebelumnya, politik uang (money politic) jadi hegemoni yang sulit
dihempas. Pertanyaannya, bisa tidak kali ini rakyat memilih tidak berdasarkan
tebalnya amplop yang diterima?
Peta politik cukup menarik karena menghadirkan orang baru di
kontestasi kali ini. Dari lima pasangan calon selain Sartina (kita tau siapa dibelakangnya), ada dua orang nama baru yang
muncul yakni, Anasri Sambo (Ogek Anas) dan Jalaluddin. Background mereka
yang non politik menjadi napas segar dan harapan baru. Kendati demikian,
mampukah mereka mengungguli tiga pasangan yang tentunya punya pengalaman cukup dan
sangat ‘licin’ dalam dinamika kontestasi pemilukada. Kita tunggu saja manuver-manuvernya.
Dalam alam demokrasi, segala hal yang tidak mungkin akan
menjadi mungkin. Suara mutlak tertinggi di tangan rakyat. Masalahnya apakah suara
rakyat semudah itu bisa dibeli? Berkaca kebelakang pada pilwalkot yang sudah-sudah,
kita menemui kenyataan pahit bahwa masyarakat kita masih sangat irrational choice. Alasan
ekonomi dan ketakutan jadi dalih mereka.
Maka yang perlu dilakukan adalah pencerdasan. Max Weber mengungkapkan, pemilih yang rasional (rational choice) itu mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dipegang teguh. Dalam konteks pemilukada berarti pemilih mengedepankan kesamaan nilai yang jadi prinsip si calon walikota dengan pemilihnya.
Frasa ‘ambil
saja uang mereka, tapi jangan pilih mereka’ menarik untuk didengung-dengungkan
sepanjang pemilu kali ini. Dengan begitu, besar kemungkinan yang akan menduduki
kursi walikota atau anggota dewan adalah orang yang benar-benar berkualitas.
Idealnya, pertarungan pilkada kali ini adalah adu ide,
gagasan, dan prestasi bukan adu uang dan kedekatan family. Maka dari itu sangat
wajar sekali kita bertanya, 'Hai kelen (baca loghat medan) semua, maunya kelen
apa sih?
0 Response to "Cawalkot Subulussalam, Mau Apa Sih?"
Post a Comment