Cawalkot Subulussalam, Mau Apa Sih?


Cepologis.com - Catatan ringan ini sekedar analisis pribadi, sebagai warga yang berlumuran keringat dan lama menghisap debu pilu dari tanah Kota Subulussalam.

Sebagai rakyat, nyata-nyatanya kebahagiaan adalah saat tercukupinya sandang, pangan, papan, dan selebihnya (jika berkesempatan) diakhir pekan bisa menyalurkan bakat, hobi, kreatifitas dan berekreasi ke tempat wisata terdekat sekedar melepas penat.

Maka bila masih ramai terdengar jerit tangis jasad-jasad luka di lorong yang tak terjamah tangan mulia Pak Wali, saya katakan pekerjaan anda dan tim anda NOL BESAR.  

Hajatan akbar tahun ini terkait pemilihan walikota dan wakil walikota tentu sudah tersiar di telinga segenap masyarakat Kota Subulussalam. Dan tentunya para calon sudah mulai menancapkan bius-biusnya.  Menjual kelebihan dan kekuatan masih masih-masing.

Seperti pemilihan sebelum-sebelumnya, politik uang (money politic) jadi hegemoni yang sulit dihempas. Pertanyaannya, bisa tidak kali ini rakyat memilih tidak berdasarkan tebalnya amplop yang diterima?

Peta politik cukup menarik karena menghadirkan orang baru di kontestasi kali ini. Dari lima pasangan calon selain Sartina (kita tau siapa dibelakangnya), ada dua orang nama baru yang muncul yakni, Anasri Sambo (Ogek Anas) dan Jalaluddin. Background mereka yang non politik menjadi napas segar dan harapan baru. Kendati demikian, mampukah mereka mengungguli tiga pasangan yang tentunya punya pengalaman cukup dan sangat ‘licin’ dalam dinamika kontestasi pemilukada. Kita tunggu saja manuver-manuvernya.

Dalam alam demokrasi, segala hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Suara mutlak tertinggi di tangan rakyat. Masalahnya apakah suara rakyat semudah itu bisa dibeli? Berkaca kebelakang pada pilwalkot yang sudah-sudah, kita menemui kenyataan pahit bahwa masyarakat kita masih sangat irrational choice. Alasan ekonomi dan ketakutan jadi dalih mereka.

Maka yang perlu dilakukan adalah pencerdasan. Max Weber mengungkapkan, pemilih yang rasional (rational choice) itu mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dipegang teguh. Dalam konteks pemilukada berarti pemilih mengedepankan kesamaan nilai yang jadi prinsip si calon walikota dengan pemilihnya. 

Frasa ‘ambil saja uang mereka, tapi jangan pilih mereka’ menarik untuk didengung-dengungkan sepanjang pemilu kali ini. Dengan begitu, besar kemungkinan yang akan menduduki kursi walikota atau anggota dewan adalah orang yang benar-benar berkualitas.

Idealnya, pertarungan pilkada kali ini adalah adu ide, gagasan, dan prestasi bukan adu uang dan kedekatan family. Maka dari itu sangat wajar sekali kita bertanya, 'Hai kelen (baca loghat medan) semua, maunya kelen apa sih? 

0 Response to "Cawalkot Subulussalam, Mau Apa Sih?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel