Unsyiah, Jangan Terperangkap Di Langit Pujian



Masih tertatih bagi perjalanan panjang dalam rangka menghapus stigma negatif yang dalam masa yang cukup lama tersemat di dada Unsyiah setelah sejarah Aceh terdahulu menampilkan Aceh sebagai pusat pendidikan nusantara yang gilang-gemilang, beberapa dekade terakhir ini mulai pupus. Ada hasrat yang menggeliat untuk kembali melakukan perubahan.

Bergerak dan pergerakan adalah kosakata yang mesti ada sebagai syarat penting dalam sebuah perubahan. Sejatinya, bergerak merupakan nyawa, seperti semboyan Unsyiah, Jantong Hatee Rakyat Aceh. Rupa-rupanya bagi rakyat Aceh Unsyiah bukan hanya sebagai pusat pendidikan tinggi semata. Lebih dari itu Unsyiah adalah jantung dan hatinya rakyat Aceh.

Pada tubuh manusia jantung berfungsi sebagai pemompa darah yang bergerak tiada henti. Bagai terminal kebangkitan kehidupan, jantung alirkan darah berisi nutrisi dan kaya akan oksigen sebagai sumber inti kehidupan. Sedangkan hati adalah mewakili sebuah perasaan. Bagaimana hati harus dihadirkan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Saat memimpin, lakukan dengan hati. Hati menjadi kuasa yang tak tertandingi. Hati yang kosong akan menampilkan iklim yang sangar dan menakutkan. Unsyiah sebagai jantung dan hati mengandung aliran makna yang cukup dalam. Menampilkan sebuah kesan kebanggaan. Menyiratkan harapan yang tinggi akan denyut bangkitnya Aceh di masa mendatang.

Betapa naifnya, bila Unsyiah hanya dijadikan tempat para pemajang titel berburu kehormatan. Tanpa peduli kepala kosong dan miskin konsep dalam menghadirkan kreatifitas. Jika begitu, generasi yang tercipta jadi nihil manfaat. Orang-orang datang ke kampus berduyun-duyun, tumplek blek, mengais selembar ijazah tanpa tahu akan ia apakan selembar ijazah bertandatangan rektor itu. Setelah itu dan seterusnya mereka tetap menjadi pengangguran dan tanggungan negara. Memilukan!

Dimensi pendidikan menjadi salah satu dari lima dimensi dalam variabel penilaian penelitian yang dilakukan Mercer Consulting Group untuk menentukan apakah sebuah kota disebut kota layak huni (Livable City). Jadi, di wilayah manapun dari seluruh muka bumi yang ingin terwujud pilar-pilar peradaban hendaklah wilayah tersebut harus well-educated city. Ramah terhadap pengembangan pengetahuan yang mendorong inovasi, aneka kreatifitas dan memberikan stimulus terhadap munculnya varian karya. Wilayah yang maju dan berperadaban harus tegak dengan nilai ilmu pengetahuan.

Impian tentang sebuah kampus yang menjadi pusat pendidikan dan penelitian serta pengabdian masyarakat, namun memiliki ciri-ciri yang bermoral dan beradab sesuai dengan landasan spiritual sesungguhnya belum sepenuhnya terjawab dengan keberadaan kampus-kampus mentereng di dunia saat ini. Moral dan adab akhir-akhir ini tergerus oleh pesona intelektual semu.

Maka bila begitu, sangat terasa mirislah saat kabar terdengar di telinga beberapa waktu yang lampau tentang kematian seorang dosen di salah satu universitas di wilayah Sumatera Utara. Sebuah pembunuhan mengenaskan yang dilakukan oleh seorang mahasiswa kepada dosennya sendiri. Persoalan dipicu karena masalah skripsi. Ini merupakan kecelakaan adab yang mesti disesali. Belum lagi kecelakaan adab lainnya mulai menggejala dan menjamur di ranah kampus seperti konsumsi narkoba, LGBT, seks bebas, tawuran antar mahasiswa yang dipicu oleh masalah sangat sepele dan kejahatan lainnya.

Meneropong segala permasalahan negeri ini kemudian memaksa kita harus segera menemukan solusi. Unsyiah sebagai lingkungan insan akademis memiliki peranan penting mewujudkan kampus dunia yang melahirkan alumni-alumni yang padat karya dan juga memiliki adab.

Unsyiah yang secara geografis berada di tepian wilayah kota Banda Aceh berbatasan dengan Aceh Besar seolah ingin menunjukkan sebuah kemauan besar agar menjadi magnet dan menjadi inspirasi pada bukan hanya dua wilayah yakni Banda Aceh dan Aceh besar saja, tetapi juga Unsyiah mewakili raut wajah Aceh secara keseluruhan dan memberikan warna bagi pendidikan dunia internasional.

Hasrat untuk bangkit menjadi pusat pendidikan dan peradaban dunia masih tetap menyala di benak rakyat Aceh. Terbukti dengan usaha tanpa lelah, pada akhirnya berbuah akreditasi A yang dapat diraih Unsyiah saat ini. Hal ini menjadi batu loncatan menuju kampus terbaik. Berbagai prestasi di berbagai bidang dapat diraih. Unsyiah mulai beranjak ke pucuk-pucuk.

Perlu diingatkan lebih awal, bahwa Unsyiah boleh naik dan semakin populer. Tapi jangan lupa, jangan terperangkap di langit pujian. Sebab pujian kadang mematikan. Pujian juga menciptakan kelalaian. Kadang imajinasi kita membentuk sebuah dinasti, bukan hanya utopia. Tetaplah menjaga nyala semangat. Sebab istiqamah amat erat kaitannya dengan penjagaan nyala semangat.

0 Response to "Unsyiah, Jangan Terperangkap Di Langit Pujian"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel