Sampai Kapan Subulussalam Banjir Tuak?


Cepologis.comBanjir Tuak (baca: minuman keras) di Kota Subulussalam memang tidak sampai merenggut nyawa. Setidaknya belum pernah tersiar kabar kematian akibat minum tuak. Tapi, efek dari bajir tuak ini adalah kematian cahaya semangat dan berprestasi. Tidak ada kehilangan yang paling memilukan selain dari kehilangan semangat dan motivasi.

Prestasi dan kesuksesan itu sangat tergantung dengan semangat. Dalam hal ini semangat bisa juga disebut harapan. Masyarakat Subulussalam lama kelamaan akan kehilangan semangat dan harapan. Jika sudah hilang semangat, lalu apa lagi yang bisa dilakukan untuk menorehkan karya untuk negeri.

Tuak beserta sekawanannya seperti judi, togel, narkoba, miras, dan rokok termasuk kedalam Pekat (Penyakit Masyarakat). Tampaknya tuak dan kawan-kawan kini telah menjadi perkasa. Ia layaknya akar dari sebuah pohon yang kokoh. Serabut akarnya menyebar ke mana-mana. Ke seluruh penjuru. Ke semua kalangan tanpa mengenal usia dan profesi. Tuak jadi semacam hegemoni kekuasaan yang menggerogoti bawah tanah. Satu waktu jika saatnya tiba, tanah akan ambruk, saat itu Subulussalam hanya akan menjadi kota tak ramah bagi dunia. Mimpi Subulussalam bangkit dan menjadi kota dunia akan pupus disapu banjir tuak dan kawan-kawan.

Kita tidak ingin itu terjadi, bukan?

Berasa gatal tangan ini ingin mengurai mengapa tuak merusak segalanya. Begini, saat kita bergantung pada candu yang terkandung di dalamnya, maka fikiran kita akan disibukkan dengan itu-itu saja. Lalu kita akan jadi malas berbuat sesuatu. Kita akan malas bekerja, malas belajar, malas berkreasi dan berinovasi. Bayangkan jika ini menjangkiti jiwa pemuda Kota Subulussalam. Lalu apa lagi yang akan diharapkan?

Saya berani mengantakan, bahwa banjir tuak dan sekawanannya akan menyapu habis kreatifitas pemuda. Padahal ciri pemuda adalah kreatif, inovatif dan dipenuhi dengan semangat membuncah.

Saya tak punya data pemakai tuak dan sekawanannya. Tapi desas-desus mengabarkan masih sangat marak dijual tuak dan sekawanannya di warung-warung kecil hampir di seluruh kecamatan. Saya mendengar pengakuan dari mereka para pengguna. Siapapun wajib percaya ini.

Pemerintah harus bergerak menyelamatkan. Yang dibutuhkan bukan hanya gerak represif menutup warung-warung yang kadang dalam operasi kepolisiannya sudah bocor duluan. Tapi lebih penting dari itu adalah pembinaan mental masyarakatnya. Ini yang terasa kurang. Para pemuda harusnya diberikan wadah untuk berkreasi dan berinovasi. Berikan reward kepada mereka yang telah mampu meninggalkan kubangan Pekat. Ajaklah semua organisasi dan kepemudaan untuk berembuk membicarakan strategi dan cara yang tepat untuk menyelesaikannya.

Para orang tua jangan tinggal diam. Ini juga tanggungjawab besar para orang tua.

Wal hasil kita akan mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk masyarakat tanpa Pekat hingga ke anak cucu kita nanti.
 

0 Response to "Sampai Kapan Subulussalam Banjir Tuak?"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel