Dahulu, Inilah Nama Kota Subulussalam


Cepologis.com - Sejarah itu tidak akan sirna. Seperti apapun upaya kita memburamkan kisah dalam sejarah, sejarah tetap akan menemui kejujuran kisah. Sisa peninggalan baik berupa penggalan-penggalan hikayat, saksi-saksi hidup turun temurun, dokumen-dokumen penting baik foto maupun benda-benda peninggalan. Baik pula kita mengenal lebih dalam melalui adat budaya serta kepercayaan yang berkembang di daerah tersebut.

Adalah Subulussalam yang bercokol di perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara amat menarik untuk diurai dan dibahas. Kamu mungkin tinggal di Kota Subulussalam sudah cukup lama. Bahkan bisa jadi bersambung ke nenek moyang tujuh turunan bahkan lebih. Akan tetapi tahukah kamu bahwa Dahulunya Subulussalam bernama Bandar Baru.  

Pada Awalnya, Ibukota Kecamatan Simpang Kiri akan dipindahkan dari Pasar Runding ke Bustaniyah (6 kilometer dari Pasar Runding) biasa disebut Runding Baru. Oleh sebab huru-hara pemberontakan PRRI saat itu penetapan Bustaniyah sebagai Ibukota Kecamatan ini menjadi terkatung-katung. Terlebih lagi, Patih TM (sebagai pengganti Bupati A. Selatan Teuku Tjut Mamat yang tengah bertugas keluar daerah kala itu) tidak menyetejui pemindahan ibu kota kecamatan ke Bustaniyah seperti yang diusulkan Asisten Wedana Kecamatan Simpang Kiri. Patih TM Beralasan Bustaniyah belum ditempati penduduk tetap saat itu. Pada akhirnya upaya pemindahan ibukota kecamatan simpang kiri ke Bustaniyah itu tidak membuahkan hasil. Meskipun begitu, bangunan kantor Asisten wedana telah terbentuk di Bustaniyah dan pemerintahan berjalan seperti biasa.

Berikutnya, diawal tahun 1962 dilakukan pemindahan Ibukota Kecamatan Simpang Kiri ke Simpang Empat Oleh Bupati A. Selatan. Sebabnya, menurut keputusan Gubernur Aceh, Simpang Empat merupakan daerah kerja BKPMD (Badan Koordinasi Pembangunan Masyarakat Desa). Lalu kemudian Simpang Empat yang merupakan persimpangan antara Rundeng, Penanggalan, Mekem dan Blegen disebut dan ditetapkan dengan nama Bandar Baru. Sebelum disebut Bandar Baru, status kampung di Simpang Empat itu bernama Pegayo (Mekem).

Pada masa Gubernur Aceh dijabat oleh Prof. Ali Hasymi, ia melakukan kunjungan ke Bandar Baru (14 September 1962). Pada sambutannya Prof. Ali Hasymi menjelaskan alasan penunjukan Simpang Empat – yang status namanya berubah menjadi Bandar Baru – sebagai Ibukota Kecamatan. Dan pada saat itu juga dalam sambutannya Prof. Ali Hasymi mengganti nama Bandar Baru menjadi Subulussalam yang memiliki arti jalan keselamatan/kesejahteraan dan pada saat itu juga dikeluarkan surat keputusan gubernur Nomor istimewa/XI/1962.
***

So, sejauh ini, sudah pahamkan darimana dan bagaimana proses munculnya nama Subulussalam. Terkait pertanyaan apa sih alasan pak gubernur mengganti nama Bandar Baru menjadi Subulussalam, itu hanya bisa dijawab oleh si empunya ide. Udah Almarhum.

Tapi menurut hemat saya, Pak Prof. Ali Hasymi, gubernur yang juga seorang sastrawan ternama ini punya alasan tersendiri mengapa memilih nama Subulussalam untuk mengganti Bandar Baru. Baca juga: Inilah Alasan Mengapa Harus Nama Subulussalam. Intinya mah, ini gubernur keren bingit dalam memilih nama. Jadi makin bangga dengan nama Subulussalam.

Saya bantu simpulkan kisah perjalanan pemberian nama Subulussalam dalam beberapa poin dibawah ini ya :

  1. Dahulu, sejak zaman kolonialisme Belanda hingga Indonesia merdeka Ibukota Kecamatan Simpang Kiri berada di Pasar Runding (Sekarang Kec. Runding).
  2. Ibukota Kecamatan berusaha dipindah dari Pasar Runding ke Bustaniyah (6 kilometer dari pasar Runding). Namun, tidak disetujui oleh Patih TM (Pengganti Bupati yang sedang keluar daerah) padahal kantor wedana sudah dibangun dan beroperasi di Bustaniyah. Pada waktu itu juga terjadi huru-hara pemberontakan PRRI membuat ide pemindahan Ibukota Kecamatan ini semakin menjadi terkatung-katung, sedangkan pemerintahan tetap berjalan sebagaimana biasa.
  3. Di awal tahun 1962, dilakukan pemindahan Ibukota Kecamatan Simpang Kiri oleh Bupati A. Selatan, Teuku Tjut Mamat, ke Simpang Empat.
  4. Penyebutan Simpang Empat adalah mengacu pada pemukiman warga yang berada di persimpangan antara 4 wilayah yaitu Runding, Penanggalan, Mekem, dan Blegen.
  5. Simpang Empat diperkenalkan dengan nama Bandar Baru dan resmi menjadi Ibukota Kecamatan. Sebelum disebut Bandar Baru, status kampung di Simpang Empat itu bernama Pegayo (Mekem).
  6. 14 September 1962, Gubernur Aceh, Prof. Ali Hasymi menjelaskan alasan penunjukan Simpang Empat – yang status namanya berubah menjadi Bandar Baru – sebagai Ibukota Kecamatan. Dan pada saat itu juga dalam sambutannya Prof. Ali Hasymi mengganti nama Bandar Baru menjadi Subulussalam yang memiliki arti jalan keselamatan/kesejahteraan.


Demikian, semoga bisa di mengerti. Diskusi lebih lanjut bisa lewat Kolom komentar. Terimakasih telah mengunjungi artikel ini.


6 Responses to "Dahulu, Inilah Nama Kota Subulussalam"

  1. Thanks infonya.. semoga info seperti ini terus berkembang.

    ReplyDelete
  2. keren juga ya bang historynya *barutau

    ReplyDelete
  3. Mohon dikoreksi Bukan Simpang Empat, karena disana cuma aca 3 simpang<<<<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih atas perhatiannya. merasa tersanjung pihak kementrian agama kota subulussalam mau berkunjung ke situs nan sederhana ini. namun, perlu saya sampaikan bahwa tulisan diatas memiliki referensi bacaan yang valid. dari buku resmi terbitan pemko kota subulussalam melalui dinas perhubungan, telematika dan pariwisata kota subulussalam tahun 2013. halaman 11.

      perlu pula saya sampaikan dahulunya simpang 3 kearah runding penanggalan dan sultan daulat itu ada 4. ditambah lagi yang kearah pegayo (mekem). nah, berkemungkinan karena kearah pegayo tidak dijadikan jalur utama lalu lintas, maka simpang besar yang kemudian diaspal hanya tinggal tiga sekarang. demikian penjelasan singkat saya. bila ada bantahan atas tulisan saya yang memiliki bukti, fakta dan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan saya siap menerima.

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel