Dahulu, Inilah Nama Kota Subulussalam
Thursday, November 19, 2015
6 Comments
Cepologis.com - Sejarah itu tidak akan sirna. Seperti apapun upaya kita memburamkan kisah dalam sejarah, sejarah tetap akan menemui kejujuran kisah. Sisa peninggalan baik berupa penggalan-penggalan hikayat, saksi-saksi hidup turun temurun, dokumen-dokumen penting baik foto maupun benda-benda peninggalan. Baik pula kita mengenal lebih dalam melalui adat budaya serta kepercayaan yang berkembang di daerah tersebut.
Adalah Subulussalam yang bercokol di perbatasan antara Provinsi
Aceh dengan Provinsi Sumatera Utara amat menarik untuk diurai dan dibahas. Kamu
mungkin tinggal di Kota Subulussalam sudah cukup lama. Bahkan bisa jadi
bersambung ke nenek moyang tujuh turunan bahkan lebih. Akan tetapi tahukah kamu
bahwa Dahulunya Subulussalam bernama Bandar Baru.
Pada Awalnya, Ibukota Kecamatan Simpang Kiri akan dipindahkan
dari Pasar Runding ke Bustaniyah (6
kilometer dari Pasar Runding) biasa disebut Runding Baru. Oleh sebab huru-hara
pemberontakan PRRI saat itu penetapan Bustaniyah
sebagai Ibukota Kecamatan ini menjadi terkatung-katung. Terlebih lagi, Patih TM
(sebagai pengganti Bupati A. Selatan Teuku Tjut Mamat yang tengah bertugas
keluar daerah kala itu) tidak menyetejui pemindahan ibu kota kecamatan ke Bustaniyah seperti yang diusulkan
Asisten Wedana Kecamatan Simpang Kiri. Patih TM Beralasan Bustaniyah belum ditempati penduduk tetap saat itu. Pada akhirnya
upaya pemindahan ibukota kecamatan simpang kiri ke Bustaniyah itu tidak membuahkan hasil. Meskipun begitu, bangunan
kantor Asisten wedana telah terbentuk di Bustaniyah
dan pemerintahan berjalan seperti biasa.
Berikutnya, diawal tahun 1962 dilakukan pemindahan Ibukota Kecamatan
Simpang Kiri ke Simpang Empat Oleh Bupati A. Selatan. Sebabnya, menurut
keputusan Gubernur Aceh, Simpang Empat merupakan daerah kerja BKPMD (Badan
Koordinasi Pembangunan Masyarakat Desa). Lalu kemudian Simpang Empat yang
merupakan persimpangan antara Rundeng, Penanggalan, Mekem dan Blegen disebut dan
ditetapkan dengan nama Bandar Baru. Sebelum disebut Bandar Baru, status kampung
di Simpang Empat itu bernama Pegayo (Mekem).
Pada masa Gubernur Aceh dijabat oleh Prof. Ali Hasymi, ia
melakukan kunjungan ke Bandar Baru (14 September 1962). Pada sambutannya Prof.
Ali Hasymi menjelaskan alasan penunjukan Simpang Empat – yang status namanya
berubah menjadi Bandar Baru – sebagai Ibukota Kecamatan. Dan pada saat itu juga
dalam sambutannya Prof. Ali Hasymi mengganti nama Bandar Baru menjadi Subulussalam
yang memiliki arti jalan keselamatan/kesejahteraan dan pada saat itu juga
dikeluarkan surat keputusan gubernur Nomor istimewa/XI/1962.
***
So, sejauh ini,
sudah pahamkan darimana dan bagaimana proses munculnya nama Subulussalam. Terkait
pertanyaan apa sih alasan pak
gubernur mengganti nama Bandar Baru menjadi Subulussalam, itu hanya bisa
dijawab oleh si empunya ide. Udah Almarhum.
Tapi menurut hemat saya, Pak Prof. Ali Hasymi, gubernur yang
juga seorang sastrawan ternama ini punya alasan tersendiri mengapa memilih nama
Subulussalam untuk mengganti Bandar Baru. Baca juga: Inilah Alasan Mengapa Harus Nama Subulussalam. Intinya mah,
ini gubernur keren bingit dalam
memilih nama. Jadi makin bangga dengan nama Subulussalam.
Saya bantu simpulkan kisah perjalanan pemberian nama
Subulussalam dalam beberapa poin dibawah ini ya :
- Dahulu, sejak zaman kolonialisme Belanda hingga Indonesia merdeka Ibukota Kecamatan Simpang Kiri berada di Pasar Runding (Sekarang Kec. Runding).
- Ibukota Kecamatan berusaha dipindah dari Pasar Runding ke Bustaniyah (6 kilometer dari pasar Runding). Namun, tidak disetujui oleh Patih TM (Pengganti Bupati yang sedang keluar daerah) padahal kantor wedana sudah dibangun dan beroperasi di Bustaniyah. Pada waktu itu juga terjadi huru-hara pemberontakan PRRI membuat ide pemindahan Ibukota Kecamatan ini semakin menjadi terkatung-katung, sedangkan pemerintahan tetap berjalan sebagaimana biasa.
- Di awal tahun 1962, dilakukan pemindahan Ibukota Kecamatan Simpang Kiri oleh Bupati A. Selatan, Teuku Tjut Mamat, ke Simpang Empat.
- Penyebutan Simpang Empat adalah mengacu pada pemukiman warga yang berada di persimpangan antara 4 wilayah yaitu Runding, Penanggalan, Mekem, dan Blegen.
- Simpang Empat diperkenalkan dengan nama Bandar Baru dan resmi menjadi Ibukota Kecamatan. Sebelum disebut Bandar Baru, status kampung di Simpang Empat itu bernama Pegayo (Mekem).
- 14 September 1962, Gubernur Aceh, Prof. Ali Hasymi menjelaskan alasan penunjukan Simpang Empat – yang status namanya berubah menjadi Bandar Baru – sebagai Ibukota Kecamatan. Dan pada saat itu juga dalam sambutannya Prof. Ali Hasymi mengganti nama Bandar Baru menjadi Subulussalam yang memiliki arti jalan keselamatan/kesejahteraan.
Demikian, semoga bisa di mengerti. Diskusi lebih lanjut bisa
lewat Kolom komentar. Terimakasih telah mengunjungi artikel ini.
Thanks infonya.. semoga info seperti ini terus berkembang.
ReplyDeleteSama-sama. Terimakasih sudah berkunjung.
Deletekeren juga ya bang historynya *barutau
ReplyDeleteJalan2 lah sekali ke subulussalam, poet.
DeleteMohon dikoreksi Bukan Simpang Empat, karena disana cuma aca 3 simpang<<<<
ReplyDeleteTerimakasih atas perhatiannya. merasa tersanjung pihak kementrian agama kota subulussalam mau berkunjung ke situs nan sederhana ini. namun, perlu saya sampaikan bahwa tulisan diatas memiliki referensi bacaan yang valid. dari buku resmi terbitan pemko kota subulussalam melalui dinas perhubungan, telematika dan pariwisata kota subulussalam tahun 2013. halaman 11.
Deleteperlu pula saya sampaikan dahulunya simpang 3 kearah runding penanggalan dan sultan daulat itu ada 4. ditambah lagi yang kearah pegayo (mekem). nah, berkemungkinan karena kearah pegayo tidak dijadikan jalur utama lalu lintas, maka simpang besar yang kemudian diaspal hanya tinggal tiga sekarang. demikian penjelasan singkat saya. bila ada bantahan atas tulisan saya yang memiliki bukti, fakta dan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan saya siap menerima.