Sesekali Kampanye Romantis Itu Baik
Monday, April 13, 2015
Add Comment
Cepologis.com - Tulisan
ini sedikit banyak akan memicu perbedaan pendapat. Tapi percayalah, ini bukan
hanya semata-mata sebuah kepahaman yang sekali waktu hadir dalam lintasan alam
pemikiran. Namun, didapat dari analisis dan interaksi yang dalam dengan mereka
yang berada di dua pihak yang saling bersilang pendapat.
Percaya atau tidak, kampanye romantis itu penting! Tentu yang
menjadi catatan disini adalah romantisme bagi mereka yang telah komitmen saling
menyarung cincin di jari dalam ikatan nan murni – pernikahan.
Bagi mereka yang acapkali mengkritik dan menyudutkan
kampanye romantis halal menyampaikan beberapa alasan, yang sesungguhnya hanya
lebih kepada sebuah permohonan untuk memahami jiwanya dan banyak jiwa lain yang
sembilu.
Berikut beberapa alasan mengapa mereka tak sepakat “mengumbar”
kampanye romantis di dunia nyata atau dunia maya. Saya sertakan pula pandangan
saya serta landasan cara berpikir:
1. “Tolong hargai mereka yang belum juga
dikaruniai pasangan, jodohnya tak semudah dirimu. Melihatmu bermesra ria meski
sekedar di medsos membuatnya semakin gerimis”.
Ini merupakan alasan utama, saya pikir, yang menjadikan
pelaku kampanye romantis halal menjadi tertuduh.
Romantis memang milik berdua, tapi itu bukan barang langka
hingga harus kamu simpan begitu saja. Mari perhatikan hadits dari riwayat Malik
dalam kitab al-muwattha’ berikut ini.
Abin Nadhar meriwayatkan bahwa Aisyah binti Thalhah memberi
tahu kepadanya bahwa dia pernah berada
di sisi Aisyah (Ummul Mukminim). Lalu suaminya, Ubaidillah bin Abdurrahman bin
Abu Bakar datang menemuinya, kemudian Aisyah ra. bertanya kepadanya (Ubaidillah),
“apa yang menghalangimu mendekati
istrimu, lalu mencumbunya dan menciumnya? Ubaidillah balik bertanya, ‘apakah
boleh aku menciumnya padahal aku sedang puasa?’ Ummul Mukminin menjawab, ‘boleh’.”
Pahami sekali lagi. Jelas bukan?
Bagi seikat suami istri, kampanye romantisme menunjukkan
kekompakan, keakraban dan kasih sayang adalah hal yang wajar dan tiada tercela.
Bahkan hal itu dibutuhkan untuk menambah kebanggaan atas pasangannya
masing-masing yang pada akhirnya akan menyemaikan rasa cinta.
Apakah rasa bangga terhadap pasangan ini akan jatuh pada
titik kesombongan? Disinilah bagaimana tingkat kemampuan kita mengelolanya agar
tak tergelincir ke dalam penyakit hati. Yang jelas tak layak bagi kita menghukumi
seseorang telah sombong atau pamer.
Terkait dengan alasan ‘menghargai’ diatas, itu lebih kepada
pribadi personal. Bukankah patut kita mempertanyakan kondisi hati kita bila
saat melihat orang lain bahagia bersama pasangannya, lalu kita merasa sakit?
Kampanye romantisme bukan sekedar ingin berpamer ria, tapi
lihatlah efeknya yang luar biasa. Orang yang menjalin hubungan tanpa status
(pacaran) akan merasa iri lalu berharap segera mengakhiri masa-masa penuh dosa.
Bagi pemegang status jomblo sejati padahal tak ada alasan yang membuatnya undur-mengundur
masa menikah, akan termotivasi untuk segera menemukan separuh jiwanya.
Begitulah, mengapa kampanye romantisme ini pada satu sisi
bahkan menempati tingkat ‘keharusan’.
Sebenarnya dari uraian diatas telah jelas mengapa tak
menjadi masalah kampanye romantis di galakkan. Disini saya sampaikan beberapa
momentum dimana junjungan kita Nabi Muhammad SAW melakukan kampanye romantisnya
bersama Aisyah.
Ingatkah kita dengan kisah saat Nabi SAW berboncengan mesra
menaiki kuda dengan salah seorang istrinya. Ataukah kita lupa dengan kisah
bagaimana kemesraan Nabi yang menyediakan bahunya untuk sandaran dagu Aisyah
hingga pipi-pipi mereka menyentuh satu sama lain ketika Aisyah hendak menonton
sebuah pertunjukan permainan pedang.
Ataukah kita lupa dengan kisah yang begitu familiar saat
lomba lari penuh kebahagiaan antara Rasul dengan istrinya Aisyah.
Begitulah, memahami dengan pendekatan cahaya bukan emosi
membuat kita tak sembrono, meski tak sepenuhnya salah pula mereka yang
menggugat kampanye romantis. Agar lebih balance
dan lebih berhati-hati selalu perlu ada yang mengingatkan.
Meski kampanye romantis adalah hal yang wajar dan tak
tercela. Namun, penting bagi kita agar
tidak melewati batas-batas syariat atau hal-hal kadang hanya dapat diketahui
berdua saja. Mengenai batasan syari’at itu saya pikir telahlah kita ketaui
bersama.
Jadi, tak perlu ragu bagi kamu yang hendak meng-upload foto berdua, genggaman tangan,
saling bersitatap, saling berbagi hadiah, saling memanggil mesra, dan saling
berbagi kalimat puitis penuh cinta.
Di tunggu komentarnya ya. :D
0 Response to "Sesekali Kampanye Romantis Itu Baik"
Post a Comment