Jauh Terbakar Rindu

Kucari lagi, lagi dan lagi. Tak kutemui. Rasanya kita sangat dekat. Tapi ahh... masih dengan perasaan kacau ku obrak-abrik seluruh isi file. Dapat satu. Dan hanya satu. Bolehlah foto ini kusampir di dinding memori kepalaku. Selamanya...

Terbetik tanya apakah kita berjauhan. Padahal nyaris lima tahun kita bersama. Sejenak izinkan aku bernostalgia tentang kisah 'selapik seketiduran' yg sukar dilupakan. Tentang dirimu yang menggebu dan tentang aku yang pemalu. Tak jarang kita berbeda meski tak sampai 'berseteru', prinsip hidupmu yang kuat yg sulit kubelokkan, atau karena aku yang ringkih dan papa ilmu, atau pula karna aku yang kelu frasa dan kata-kata.

Sehelai jalan menganga di belakang kita, bertabur daun yang menggugur, langitnya penuh dengan sewarna mega, tanahnya pekat tempat burung-burung terpikat, lautnya damai berselimut siluet sinar senja. Masihkah itu terasa?

Kuraih handphone. Ingin kukirim sms tanya sekedar kabar. Jari terhenti seketika. Tak jadi. Sebab karakter kurang untuk meluapkan rasa. Parahnya lagi, jika lisan berbicara khawatir pula tak terwakili rasa. Sedangkan si bunda 'tukang tokok kepala' itu terus menerorku. 
Meragukan keyakinanku bahwa dirimu tetap seperti dulu. Maafkan jika aku terlihat memalukan. Sebagai sahabat, tak ada ruang bagiku untuk melupakan.

-------------------------
*Bantu aku tuk yakinkan 'tukang tokok kepala'.

0 Response to "Jauh Terbakar Rindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel