Sekantung Rindu, Sebait Do'a


Saat malam kian merangsek bersama udara dingin
Terselip kerinduan yang patah-patah dibelah tangis
Tentang sebutir jiwa yang dititip bertahun lamanya
Masih pekat teringat, petuah-petuah tanpa kata
Saat kesabaran didapat dari memancing ikan bersama di sungai dari hulu ke hilir
Saat kegigihan mengkristal dari balik bau keringat tubuh mu
Saat rembulan mengintip dibalik celah pokok pinus,

kau ajar aku agama lewat huruf alif ba ta.
Menanam padi dan jagung,

amboi... indahnya sepetak kebun kita
Menjala ikan, menjala cinta, menjala air mata haru
Kerasnya hidup bukan untuk ditangisi, begitu kan?
Terimakasih ayah,
Terimakasih tak pernah meneteskan air mata di depanku,

Meski kala sunyi airmata mu tumpah menganak sungai.
Itu ajaran tabah
Kau ajarkan kalau cinta tak perlu bicara, cukup dirasa

Karena cinta mengaliri darah sembunyi-sembunyi tetapi tepat nyentuh ke hati.
Terimakasih mendidikku dengan keras, meski mulutku kerap ceracau kacau. 
Kelak kupahami betul mengarungi kerasnya hidup.
Ayah, kuingin mempersembah mahkota terindah dari batu rubi hanya untukmu.
Rabb... Sembuhkan penyakitnya, berikan tempat terbaik disisi-Mu.
Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira...


Banda Aceh, 28 Mei 2014

DC Habibillah (Ketum HADIS Indonesia)

0 Response to "Sekantung Rindu, Sebait Do'a"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel