Menanti Da'i Idaman
Thursday, June 5, 2014
Add Comment
Menjadi sosok yang sangat sempurna tanpa cacat cela adalah sebuah sikap yang sulit diwujudkan. Hal yang kerap terjadi adalah kita menuntut orang lain sempurna sedang diri bertabur nista.
Dalam
perjalanan seorang da’i menyampaikan risalah perjuangan para nabi terdahulu
selalu ada duri yang menusuk dalam. Selalu ada kerikil yang tajam. Selalu ada lumpur
yang menciprati baju putih suci. Tantangan yang hadir bukan hanya dari orang
yang tidak ingin agar cahaya islam ini makin berpijar akan tetapi bahkan
tantangan hadir dari orang-orang terdekat, keluarga da’i itu sendiri. Tampaknya
ini yang luput dari perhatian para da’i. Mencipta keluarga dakwah yang
menyejukkan merupakan agenda utama para da’i sebelum menembus kegelapan hati umat.
Siapakah
sosok teladan utama dalam membangun keluarga dakwah? Mari kita bersama-sama meleburkan
alam rasa kita pada sebuah keluarga dakwah tersukses sepanjang masa, Nabi
Muhammad SAW. Lalu mari kita bercermin pada keluarga dakwah yang dibangun oleh
Nabi Ibrahim AS. Rasanya mewujudkan keluarga seperti yang telah dirintis oleh
Nabi Muhammad dan Nabi Ibrahim amat terasa sulit. Apalagi pribadi kita bahkan
jauh tak semulia pribadi mereka. Namun, tak ada yang tak mungkin, bagi seorang
da’i keharusan untuk membentuk keluarga dakwah nan menyejukkan adalah
keniscayaan sebelum kemudian terjun dalam tataran lebih besar dan luas yaitu
masyarakat.
Menyaksikan di
berbagai media televisi para pengupas ayat-ayat Allah yang terlanjur disebut
ustad kadang terpaksa memaksa kita mengurut dada. Tanpa ingin menghakimi
apalagi menuduh keikhlasan mereka. Mendadak para da’i yang ikhlas di seluruh pinggiran kota, di
pelosok-pelosok, dilorong-lorong yang sepi dari riuh tepuk tangan menjadi
tertuduh. Hal ini terlihat dari tatapan mata yang tak lagi biasa. Karena nila
setitik rusak susu sebelanga.
Ah, kita
sedang merindui seorang da’i yang hadir membimbing masyarakat gak pake
tapi-tapian. Da’i yang mengajak untuk mencintai Allah dengan cinta bukan dengan
ancaman apalagi kekerasan. Da’i yang lisannya sesuai dengan tingkah lakunya.
Da’i yang selalu energik tak kenal lelah hadir menjadi solusi bagi permasalahan
umat. Da’i yang senyumnya kerap terkembang merangkul masyarakat yang rindu akan
bimbingan agama. Da’i yang teguh dan tegas namun tetap ramah dan penyayang.
Harapan dan
kerinduan itu semua takkan berwujud kalau kita tidak memulainya. Belajar
memperhalus kata. Perkataan yang baik, perkataan yang lembut, perkataan yang
menyejukkan, perkataan yang menggugah dan mengubah, perkatan yang mengalir
penuh hikmah bak mutiara di dasar lautan.
LCA
Lamgugop. 25/5/2014
0 Response to "Menanti Da'i Idaman"
Post a Comment