Sang Pemilik Bayi Di Mulut Buaya

Cepologis.com - Saat saya menulis kisah seorang tokoh luar biasa yang dinobatkan majalah Ummi sebagai Ibu Teladan 2009 Versi Majalah Ummi, ada getaran keterpanaan dalam dada ini. Betapa tidak, perjuangan dakwah yang tak gampang menghiasi aktivitasnya sehari-hari. Namanya Rahmawati Aida Putri, SE.Ak, orang kerap menyebutnya Ummi Aida. Ia merupakan ibu dari  4 orang anak lelaki yang aktif, gesit dan cerdas.

Istri dari ketua kaderisasi DPD PKS Subulussalam Ustad Muslim, S.Pt ini merupakan wanita yang menunjukkan betapa rintangan-rintangan medan geografis tidak menghambat kerja dakwah. Berbekal pengalaman menjadi aktivis di berbagai organisasi mahasiswa kampus Unsyiah, Ummi Aida tampil menjadi seorang da’iyah yang tegar menebarkan ilmu di daerah terpinggir perbatasan Aceh-Medan.

Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin menuliskan kisah heroik perjuangan dakwah Ummi Aida. Semoga saat saya mengisahkan ini terhindar dari kesan melebih-lebihkan.

Sungai Lae Soraya dikenal sebagai sungai yang sangat luas dan yang deras. Airnya berwarna keruh kekuningan dan sering membawa oleh-oleh berupa kayu-kayu besar dan kecil dari arah hulu. Sumber air sungai ini berasal dari Dataran Tinggi Alas yang berada di Kabupaten Aceh Tenggara, tempat dimana Gunung Leuser yang merupakan Gunung tertinggi di Propinsi Aceh bertengger dengan gagahnya. Muara sungai Lae Soraya adalah Laut Singkil yang bersambung dengan Samudera Hindia. Beginilah medan dakwah yang harus dilalui Ummi Aida. Ia harus melewati sungai lae soraya yang panjang dan deras. Di muara sungai Lae Soraya itu, tepatnya di desa Telok Ambun, Ummi Aida rutin mengunjunginya untuk sekedar memastikan bahwa masyarakat desa mendapatkan siraman ruhani.

Subhanallah, apa yang terasa didada ini menyaksikan keberanian Ummi Aida melewati semua rintangan itu? Keharuan yang merebak. Tak jarang ia melalui itu semua tanpa didampingi suami. Perjalanan yang memakan waktu 1 jam dengan menggunakan sampan kecil bermesin yang lebih dikenal masyarakat setempat dengan sebutan Robin (sampan kecil bermesin bising). Bisakah kita bayangkan seorang wanita menempuh perjalanan yang tidak dekat, dengan medan yang mengerikan, tak didampingi suami, membawa anak digendongan yang baru berusia 45 hari, menghadapi sesekali arus yang deras dan resiko kehadiran buaya berahang besar yang siap mencabik-cabik tubuh?

Sepertinya ada masa-masa tertentu keganasan buaya Singkil menunjukkan giginya. Namun tidak selalu. Masyarakat tak punya pilihan lain selain hidup dan bermukim di bibir sungai, bagi mereka sungai adalah sumber penghidupan. Jauh dari kota. Mengaksesnya harus mengunakan robin sebagai alat transportasi satu-satunya. Sekelilingnya adalah rimba. Maha Suci Allah yang telah menciptakan berbagai rupa kehidupan.


Ah, tapi saya tak pernah melihat guratan sedih dan menyesal diwajah Ummi Aida. Ia selalu melewatinya dengan gembira. Beginilah kader-kader PKS diajarkan. Untuk tidak berkeluh kesah dan banyak merengek. Bahwa meraih surga itu tidak mudah, disinilah nilai perjuangan kita diuji. Seberapa berat dan seberapa ikhlas kita melewatinya. Sosok ibu teladan ini mengajarkan kepada kita bagaimana semangat memperbaiki bangsa tak cukup hanya dengan ungkapan lisan dan guratan pena tapi butuh orang yang mengejawantahkan hingga pada tataran aksi. Tak banyak orang yang mau dan mampu melewati medan dakwah yang sulit. Ummi Aida termasuk kedalam kelompok yang sedikit itu. Sosok ini juga mengajarkan tentang persamaan gender sesungguhnya. Betapa perbedaan jenis kelamin tak menyulitkan langkah kakinya meski ditanah sesulit apapun.

Kini buah perjuangan Ummi Aida beserta suami sudah mulai terasa. Ia mendirikan yayasan pendidikan yang bergerak diberbagai segmen usia. SDIT Al-Abqari, TKIT Qurataa’yun, Rumah Cerdas, Lembaga Tahfizul Qur’an (LTQ) Thariq Bin Ziyad dan Rumah Pelangi (Taman Baca Masyarakat).  


*Ummi Aida kini tengah berjuang di tataran legislatif sebagai Caleg PKS Kota Subulussalam Dapil 1 No Urut 3.

3 Responses to "Sang Pemilik Bayi Di Mulut Buaya"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel